Sri Mulyani Proyeksikan Defisit APBN di Bawah 2 Persen Sampai Akhir 2018
Sri Mulyani Proyeksikan Defisit APBN di Bawah 2 Persen Sampai Akhir 2018. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan defisit
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga akhir 2018, bisa
ditekan hingga 1,83 persen sampai dua persen, atau lebih rendah dari
target yang sebesar 2,19 persen dari Produk Domestik Bruto.
Dia menjelaskan, hal itu karena perkembangan realisasi APBN hingga September 2018, menunjukkan capaian yang memadai, di mana pengelolaan pendapatan maupun belanja negara masih baik, meski tren perkembangan perekonomian global terus menunjukkan ketidakpastiannya.
“Outlook defisit hingga akhir tahun akan di antara 1,83 hingga dua persen, lebih rendah dari UU APBN 2018 sebesar 2,19 persen dari PDB. Sehingga, kita memiliki APBN yang baik sebagai modal memasuki 2019, di tengah ketidakpastian yang terus berjalan dan menjadi keyakinan untuk kita ke depannya,” kata dia di Jakarta, Rabu 17 Oktober 2018.
Untuk pendapatan negara, khususnya yang bersumber dari pajak dan bea cukai, per akhir September 2018, tumbuh masing-masing sebesar 16,9 persen dan 14,2 persen. Sementara itu, untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak tumbuh sebesar 27,1 persen.
Sedangkan untuk belanja negara, yang berasal dari belanja pemerintah pusat maupun transfer ke daerah dan dana desa, masing-masing mampu tumbuh 16,1 persen dan 1,3 persen. Karenanya, dia memastikan bahwa outlook hingga akhir tahun akan memperoleh capaian yang menggembirakan.
“Kita lihat dengan tren penerimaan dan belanja yang sama-sama baik, terutama penerimaan yang sangat kuat, outlook defisit nanti pada akhir tahun sangat menggembirakan,” ujar Ani, panggilan akrab Sri Mulyani.
Terlebih, tambah dia, pembiayaan utang dan penerbitan Surat Berharga Negara hingga per akhir September 2018 mampu mengalami penurunan, di mana masing-masing turun sebesar 25 persen dan 19 persen.
“Ini menunjukkan kita hati-hati dalam mengelola anggaran di tengah situasi yang tidak pasti. Dengan keseluruhan itu, maka untuk akhir tahun kita perkirakan defisit APBN kita akan di bawah dua persen,” paparnya.
Dia menjelaskan, hal itu karena perkembangan realisasi APBN hingga September 2018, menunjukkan capaian yang memadai, di mana pengelolaan pendapatan maupun belanja negara masih baik, meski tren perkembangan perekonomian global terus menunjukkan ketidakpastiannya.
“Outlook defisit hingga akhir tahun akan di antara 1,83 hingga dua persen, lebih rendah dari UU APBN 2018 sebesar 2,19 persen dari PDB. Sehingga, kita memiliki APBN yang baik sebagai modal memasuki 2019, di tengah ketidakpastian yang terus berjalan dan menjadi keyakinan untuk kita ke depannya,” kata dia di Jakarta, Rabu 17 Oktober 2018.
Untuk pendapatan negara, khususnya yang bersumber dari pajak dan bea cukai, per akhir September 2018, tumbuh masing-masing sebesar 16,9 persen dan 14,2 persen. Sementara itu, untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak tumbuh sebesar 27,1 persen.
Sedangkan untuk belanja negara, yang berasal dari belanja pemerintah pusat maupun transfer ke daerah dan dana desa, masing-masing mampu tumbuh 16,1 persen dan 1,3 persen. Karenanya, dia memastikan bahwa outlook hingga akhir tahun akan memperoleh capaian yang menggembirakan.
“Kita lihat dengan tren penerimaan dan belanja yang sama-sama baik, terutama penerimaan yang sangat kuat, outlook defisit nanti pada akhir tahun sangat menggembirakan,” ujar Ani, panggilan akrab Sri Mulyani.
Terlebih, tambah dia, pembiayaan utang dan penerbitan Surat Berharga Negara hingga per akhir September 2018 mampu mengalami penurunan, di mana masing-masing turun sebesar 25 persen dan 19 persen.
“Ini menunjukkan kita hati-hati dalam mengelola anggaran di tengah situasi yang tidak pasti. Dengan keseluruhan itu, maka untuk akhir tahun kita perkirakan defisit APBN kita akan di bawah dua persen,” paparnya.
Komentar
Posting Komentar